Posts Tagged alam
Alam dan Kebebasan
Posted by Ferry Fadillah in PUISI on November 12, 2013
Ketika kita bekerja,
jiwa kita sepenuhnya bukan milik kita
jiwa kita terkurung oleh aturan dan norma yang mengekang.
Ketika kita liburan,
jiwa kita bebas
jiwa kita bisa melihat kembali mimpi-mimpi yang hampir menghilang ditelan rutinitas
Lalu, kemanakah liburan kita?
Perkotaan hanya menyisakan debu dan polusi yang menyiksa
Bapak-bapak tukang bangunan yang bermandi peluh
membangun café dan resort demi sang tuan kapitalis
Ibu-ibu gila uang mangkir di tempat porstitusi
menjajakan tetangga mudanya yang masih gadis
Anak-anak pemukiman kumuh berebut lahan bermain
melawan para teknokrat yan selalu berpikir ekonomis
Di sisi lain, Desa berjalan perlahan
Petani yang sederhana berjalan memakul pacul menuju sawah
Ibu-ibu membawa sajen di atas kepala menuju Pura
Anak-anak bertelanjang ria bermain air di pinggi sungai
Dan saya yang kebetulan lewat berdecak kagum melihat kesederhanaan itu
Penduduk desa berusaha menyesuaikan diri dengan alam
Penduduk kota berusaha mengubah alam sekehendak mereka
Aku muslim, namun aku tahu nilai sakral sebuah Pura
Lalu mengapa pemerintah mau mengubah beberapa Pura sebagai kawasan pariwisata?
Aku bukan orang Bali, namun aku tahu moral dan etika universal
Lalu mengapa pemerintah mau mereklamasi perairan Benoa?
Ketika pekerjaan, Koran dan manusia di selatan Bali hanya membuat keruwetan
Aku berjalan jauh ke Timur Bali, menuju gunung Batur
Di Karangasem, aku menuju bukit-bukit gersang
Membelah jalan menuju Amed
Pantainya hitam
Bebatuan vulkanik dingin bertebaran
Itu tetap indah, kawan
Lautnya jernih
Aku masuk dan melihat-lihat
Memasukan air laut ke pori-pori, memadatkan cahaya matahari ke tulang-tulang
Lalu..
Aku menari bersama ikan-ikan
Satu jam..
Dua jam..
Tiga jam..
Aku bebas, aku bebas
Aku bebas kawan
Ferry Fadillah Amed, Karangasem, 10 November 20133 Dimensi Kehidupan dari Alam
Posted by Ferry Fadillah in SOSBUD on May 5, 2012
Negara Indonesia, sudah ‘terberi’ sebagai kepulauan yang terbentang dari barat ke timur dengan sejuta keindahan di tiap-tiap tanahnya. Hutan yang menghijau di Kalimantan, gunung yang bertumpuk-tumpuk di Jawa Barat, pantai yang indah di Bali, stepa dan sabana yang damai di Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi sebagian dari kita merasa biasa saja hidup di kubangan emas ini, bahkan ada yang acuh tak ambil sikap peduli.
Alam yang terberi saya lontarkan di awal tadi. Karena keindahannya sudah ada dari sananya/given/made by something, sehingga fungsi kita hanyalah merekontruksi alam menjadi pemenuh tiga dimensi kehidupan. Pertama, dimensi spiritual, dengan terawatnya alam, maka siapa saja yang melihat akan berpikir agungnya Sang Pencipta, karena alam made by something. Kedua, dimensi ‘isi perut’, kasarnya apa sih yang tidak ada di alam semesta ini yang tidak bisa dimakan, maka dari itu buatlah persawahan, ladang-ladang dsb, namun harus pula diperhatikan keramahan lingkungannya. Ketiga, dimensi pariwisata, garapan kita di alam hendaknya dibentuk dengan estetika atau cita rasa seni yang tinggi agar bernilai pariwisata. Misalnya, sawah tentu hal biasa bagi orang di Pulau Jawa karena kita hidup disekitar sawah (pedesaan), namun bagi wisatawan dari eropa dan arab, sawah merupakan hal unik, langka di negaranya, maka dari itu kembangkanlah persawahan yang bernilai seni dan bernilai ekonomi agar ke-3 dimensi yang saya paparkan tadi terpenuhi.
Pendek kata, selamat malam, semoga kita selalu terinspirasi oleh Alam.
Salam
Gambar diatas adalah terasering di Jatiluwih, Bali. Bagi sebagian orang, sawah adalah hal biasa, namun bagi wisatawan asing dari Negara Eropa yang beriklim beku dan Negara Arab yang beriklim panas ekstrim pemandangan ini merupakan oase dari segala kedataran pemandangan di negara mereka. Buktinya, mereka tampak bahagia berfoto disana, bercengkrama bersama kerabat di cafe-cafe yang mengambil set terasering ini. Sayang beribu sayang, jalan menuju lokasi masih sempit dan berlubang, apa ini tanda manusia yang acuh hidup di kubangan emas ?
Ferry Fadillah Badung, 5 Mei 2012Hilangnya Bandung Kami
Posted by Ferry Fadillah in SOSBUD on August 1, 2010
Keindahan alam merupakan sebuah media untuk meluapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena pada umumnya, ketika melihat sebuah ciptaan maka manusia akan bertanya-tanya tentang siapa penciptanya dan tentu akan mengagung-agungkan penciptanya. Setelah itu kata-kata baik akan terlontar dari mulut manusia atau bahkan dituangkannya di buku harian dalam bentuk sajak-sajak yang indah.
Alam dengan segala keindahannya pun telah menjadi inspirasi bagi jutaan orang. Ia menjadi inspirasi bagi motif kain batik, menjadi inspirasi bagi upacara adat, inspirasi bagi cara bersosialisasi, inspirasi bagi dunia sastra atau inspirasi bagi ilmu bela diri. Dikarenakan kontribusinya bagi inspirasi manusia, maka adalah sebuah kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
***
Sebuah kota yang terlahir dari pengeringan danau purba beberapa juta tahun yang lalu merupakan sebuah anugerah bagi manusia setelahnya. Jasad renik yang tertimbun di dasar danau kini telah membentuk susunan tanah yang amat subur. Bahkan ada yang berani menyatakan bahwa dengan melempar biji apa saja ditanah tersebut maka akan tumbuh subur tanpa perawatan apapun. Dan memang benar, dahulu ketika masa raja-raja memerintah di tanah sunda belum ada satupun rakyatnya yang mati kelaparan.
Ialah Kota Bandung yang kemudian dijuluki Paris van Java oleh pemerintah Hindia Belanda. Karena keindahannya seperti kota paris inilah, kota bandung menjadi tempat tinggal idaman bagi menak-menak belanda. Hal ini dapat dilihat dari deretan perumahan ala belanda di daerah bandung utara. Dari cara membangunnya sangat terlihat bahwa mereka ingin menjadikan wajah bandung seperti kota-kota eropa lainnya, yang bergaya art deco.
Tidak hanya itu, kota bandung yang dikelilingi oleh gunung-gunung telah memberikan kesejukan bagi penduduknya. Belum lagi gunung-gunung tersebut menawarkan keindahan dan ketenangan bagi siapapun yang stress setelah bekerja dengan hiruk pikuk kehidupan di kota-kota besar. Ternyata ada benarnya juga ungkapan : Tuhan pasti tersenyum ketika menciptakan kota bandung.
Sekarang mari kita melihat Kota ini sekarang. Bahwa semua puja puji bagi kota bandung itu ada, jauh sebelum matahari tahun 2010 terbit, Jauh sebelum tol purbaleunyi dibangun oleh pemerintah dan Jauh sebelum jembatan layang pasupati berdiri di kota ini.
Kehebatan itu membekas di benak warga kota bandung sampai saat ini walaupun realita mengatakan lain. Kini bandung dipenuhi oleh banyak pendatang setiap sabtu dan minggu, menciptakan lautan mobil berplat B yang hilir mudik keluar masuk pertokoan untuk berbelanja, menciptakan kemacetan dan mencemari udara. Belum lagi para pendatang yang tertarik dengan kota ini lalu menetap dan beranak pinak lalu membangun pemukiman-pemukiman yang ribuan jumlahnya.
Pola ekonomi yang berubah pun telah mengacak-ngacak wajah bandung. Para petani yang dahulu menjaga sawah leluhurnya untuk menafkahi keluarga kini lebih memilih menjualnya dengan harga tinggi yang kemudian dari tanah tersebut berdiri kokoh mal-mal dan hotel-hotel. Sudah banyak sawah-sawah tersebut menghilang, yang akhirnya meninggalkan kenangan nyayian padi yang bergesekan diterpa angin.
Sawah-sawah itupun ada yang sengaja dikeringkan oleh pemiliknya karena alam yang sudah tidak lagi bersahabat. Menjualnya. lalu berdirilah komplek-komplek rumah mewah dengan harga yang hanya dapat diperuntukan khusus bagi golongan priyayi. Komplek tersebut umumnya dikelilingi pagar beton berpucuk kawat berduri, menciptakan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
Tahun berganti tahun, manusia semakin banyak dan semakin ramai merusak sawah-sawah. Pun bukit-bukit hijau tidak terhindar dari tangan rakus manusia. Yang dahulu di puja puji bisa jadi nanti di hina-hina. Saya sendiri tidak bisa berbuat banyak, karena saya hanyalah seorang saya. Satu dari ribuan penduduk yang bermukim di Kota Bandung.
Recent Comments